Jumat, 25 Oktober 2013

Huruf Carakan


 Sejarah terciptanya 20 huruf bahasa Jawa yang disebut Hanacaraka atau Carakan Jawa dimana Hanacaraka ini menurut sejarah diciptakan oleh Raja Sariwahana Ajisaka yang bertahta di India, beliau jugalah yang menciptkan perhitungan kalender tahun Saka sebelum munculnya Kalender Jawa ciptaan Sultan Agung Mataram. Huruf Hanacaraka ini terdiri dari 20 aksara berupa suku kata yang terbagi menjadi 4 baris. Setiap suku kata dan setiap barisnya masing-masing memiliki makna filosofis mengenai kehidupan manusia dari semenjak lahir hingga meninggal.



Berikut ini adalah makna filosofis ke dua puluh suku kata yang membentuk aksara Jawa ini : 
1. Ha berarti Hidup 
2. Na berarti Hampa 
3. Ca berarti Cahaya atau Nur 
4. Ra berarti Ruh atau Rasa 
5. Ka berarti Menyatu atau Berkumpul 
6. Da berarti Menjadi atau Berwujud 
7. Ta berarti Titik atau Noktah 
8. Sa berarti sebuah atau suatu 
9. Wa berarti bentuk atau wujud 
10. La berarti abadi atau langgeng 
11. Pa berarti meninggal atau wafat 
12. Dha berarti berdagang atau jual beli 
13. Ja berarti Jiwa atau berjiwa 
14. Ya berarti sabda atau firman Tuhan 
15. Nya berarti pasrah 
16. Ma berarti sebab akibat 
17. Ga berarti pendamping, suami istri 
18. Ba berarti hamil atau mengandung 
19. Tha berarti tumbuh, bersemi, berkembang 
20. Nga berarti alam fana atau dunia


Uraiannya :
Ha Na Ca Ra Ka 
Hanacaraka berarti adanya utusan manusia (Hana kong-kongan = Bahasa Jawa). 
Secara filosofis diartikan sebagai adanya utusan dari Tuhan yang Maha Esa dua orang utusan, seorang pria dan wanita.


Da Ta Sa Wa La
Datasawala berarti terjadi perselisihan atau peperangan (Padha Peperangan = Bahasa Jawa). 
Secara filosofis diartikan sebagai timbulnya perpecahan diantara ke dua utusan tersebut.


Pa Dha Ja Ya Nya
Padajayanya berarti mereka sama-sama saktinya (Padha Digdayane = Bahasa Jawa) 
Secara filosofis diartikan bahwasanya kedua jenis manusia tersebut (pria dan wanita) dalam menjalani kehidupan sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing namun bisa saling melengkapi satu sama lainnya.


Ma Ga Ba Tha Nga
Magabathanga berarti tak ada yang menang dan tak ada yang kalah, keduanya sama-sama meninggal (Sampyuh = Bahasa Jawa) 
Secara filosofis diartikan pada akhirnya kedua jenis manusia tersebut (pria dan wanita) akan meninggal dan menjadi sesuatu yang tiada berguna namun demikian usaha dan upaya yang telah dilakukan selama mereka hidup hanya memberikan kepuasan keduniawian semata.

Apabila diringkas dalam bahasa yang sederhana maka makna dari 4 baris ke 20 aksara Hanacaraka Carakan Jawa tersebut memberi petuah kepada kita bahwasanya selama kita hidup di dunia ini tak ada yang langgeng lestari. Kesuksesan duniawi pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang tak berguna setelah kita meninggal nantinya. Ibarat kata : Kekayaan dan Uang tidak akan dibawa sampai ke liang kubur kita. Makna spiritual yang hendak disampaikan adalah tak peduli kita pria atau wanita maka hendaklah bisa seimbang secara duniawi dan spiritual dalam menjalani kehidupan ini agar bisa mencapai kebahagiaan hakiki.

0 komentar:

Posting Komentar


Free Blog Content